Sebuah Biji Tanaman


Sendiri.. ku melihatmu yang tak punya teman, tak punya sahabat, tak punya kerabat, tak punya kekasih, tak punya saudara,  dan tak punya keluarga. Kamu seperti makhluk dari angkasa yang jatuh dari bumi yang tak tahu tujuan mu datang kesini. Kamu seperti pengembara yang tidak membawa sedikit bekal untuk melanjutkan perjalanan. Sehingga aku tak tega kau berada disini yang datang di tengah dedaunan yang telah membusuk dan ranting-ranting yang sudah tak berguna bagi induknya. Aku yang menemukanmu sendiri disini, saat itu aku bersumpah akan merawatmu hingga besar nanti, aku yang akan menolong pertama bila kau sedang ada masalah, pokoknya akulah yang pertama bagimu..
Bertahun-tahun berlalu, kini kamu sudah besar. Kau bagaikan gunung yang muncul dari bumi tarpancang hebat, kuat dan gagah berani. Kau bagaikan langit yang membentang luas di angkasa, yang dipenuhi benda luar angkasa bertebangan. Segala rintangan kau dan aku telah lewati, suka duka telah kita jalani. Bahkan hingga sekarang, orang di luar sana yang selalu menjelek-jelekan kamu, yang kau tak bisa menghasilkan apa-apa, yang hanya bisa menangis.  Aku tak peduli itu, setiap pagi aku menghusap sedihmu, karna setiap kamu menangis itu adalah ladang kebaikan setiap orang yang ingin dihapus dosanya. Tapi sayang semua orang tak menyadarinya. Entah kenapa belakangan ini kau sering menangis, kurasa ini mungkin faktor cuaca. Tangisanmu kini tak kenal waktu, hanya sentuhan udara kecil engkau menangis. Aku tak tahu apa yang kau rasakan, sepertinya kamu sedang lagi belajar akting yang terus menangis tanpa sebab. Hari-perhari berjalan seiring waktu, kamu pun tak kunjung membaik. Karna tingkah lakumu itu, orang-orang  disekitar semakin resah melihat keberadaan kamu disini. Hingga akhirnya aku tak kuasa menuruti dia yang berkuasa disini. Dengan senjata tajam di tangan ku, kau bersiap dalam kematian. Dan akhirnya terjadi yang tak ku inginkan, aku yang merawatmu dan aku pula yang membunuhmu. Meskipun sisa ragamu masih sebagian tertanam tapi kau tak tapat menangis lagi yang bisa menjadi kebaikan di setiap rintihan tangismu. Pagi ini aku merindukan tangisanmu. Selamat jalan sebuah biji tanaman kecilku..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Coffee Tiwus © 2011 Design by Putro Sapno Pamungkas